Hikmah Sholat Tahajud

. Senin, 25 Agustus 2014
0 komentar
”Pada malam hari, hendaklah engkau shalat Tahajud sebagai tambahan bagi engkau. Mudah-mudahan Tuhan mengangkat engkau ketempat yang terpuji.”(QS : Al-Isro’ : 79).

“bangunlah untuk shalat di malam hari kecuali sedikit daripadanya. yaitu seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah alquran dengan perlahan-lahan.”(al-muzammil [73]: 2-4).

“Perintah Allah turun ke langit dunia di waktu tinggal sepertiga akhir dari waktu malam, lalu berseru:Adakah orang-orang yang memohon (berdo’a), pasti akan Kukabulkan, adakah orang-orang yang meminta, pasti akan Kuberi dan adakah yang mengharap/memohon ampunan, pasti akan Kuampuni baginya. Sampai tiba waktu Shubuh.“ (Al Hadits).

“Hai sekalian manusia, sebarluaskanlah salam dan berikanlah makanan serta sholat malamlah diwaktu manusia sedang tidur, supaya kamu masuk Sorga dengan selamat.”(HR Tirmidzi)

“Seutama-utama shalat sesudah shalat fardhu ialah shalat sunnat di waktu malam”(HR. Muslim)

“Pada tiap malam Tuhan kami Tabaraka wa Ta’ala turun (ke langit dunia) ketika tinggal sepertiga malam yang akhir. Ia berfirman :“ Barang siapa yang menyeru-Ku, akan Aku perkenankan seruannya. Barang siapa yang meminta kepada-Ku, Aku perkenankan permintaanya. Dan barang siapa meminta ampunan kepada-Ku, Aku ampuni dia.”(HR Bukhari dan Muslim)

Shalat sunat tahajud adalah shalat yang dikerjakan pada waktu tengah malam di antara shalat isya dan Shalat shubuh setelah bangun tidur. Jumlah rokaat shalat tahajud minimal dua rokaat hingga tidak terbatas. Saat hendak kembali tidur sebaiknya membaca ayat kursi, surat al ikhlas, surat al falaq dan surat an nas.

Kapan afdhalnya shalat Tahajud dilaksanakan ? Sebetulnya waktu untuk melaksanakan shalat Tahajud (Shalatul Lail) ditetapkan sejak waktu Isya’ hingga waktu subuh (sepanjang malam). Meskipun demikian, ada waktu-waktu yang utama, yaitu :
1. Sangat utama : 1/3 malam pertama (Ba’da Isya – 22.00)
2. Lebih utama : 1/3 malam kedua (pukul 22.00 – 01.00)
3. Paling utama : 1/3 malam terakhir (pukul 01.00 – Subuh)

Jumlah Raka’at Shalat Tahajud :
Shalat malam (Tahajud) tidak dibatasi jumlahnya, tetapi paling sedikit 2 (dua) raka’at. Yang paling utama kita kekalkan adalah 11 (sebelas) raka’at atau 13 (tiga belas) raka’at, dengan 2 (dua) raka’at shalat Iftitah. Cara (Kaifiat) mengerjakannya yang baik adalah setiap 2 (dua) rakaat diakhiri satu salam. Sebagaimana diterangkan oleh Rosulullah SAW :“ Shalat malam itu, dua-dua.”(HR Ahmad, Bukhari dan Muslim)
Read More..

Doa Mohon Diberi Anak Yang Sholeh

. Minggu, 24 Agustus 2014
0 komentar
Berikut ini adalah Doa mohon diberi anak Sholeh, yang diambilkan dari ayat-ayat al-Qur’an dan merupakan doa-doa yang mustajab.

doa mohon anak sholeh


DOA MOHON DIBERI ANAK  SHOLEH 1


رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

(Robbanaa hablanaa min azwaajinaa wadzurriyaatanaa qurrota ayunin wajalnaa lil muttaqiina imaamaa)

Artinya:
Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa (QS. Al Furqan : 74)

DOA MOHON DIBERI ANAK  SHOLEH 2

رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ

(Robbi hablii min ladunka dzurriyyatan thoyyibah, innaka samiiud duaa)

Artinya:
Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa".(QS. Ali Imran : 38)

DOA MOHON DIBERI ANAK  SHOLEH 3

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ

(Robbi hablii minash shoolihiin)

Artinya:
Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (anak) yang termasuk orang-orang yang sholeh (QS. Ash Shafat : 100)


Itulah doa mohon diberi anak yang sholeh yang bisa anda amalkan sehari-hari. Semoga bermanfaat
Read More..

Detik detik Wafatnya Syekh Abdul Qadir al Jailani Wasiat dan Nasehatnya

.
0 komentar


Detik-detik Wafatnya Syekh Abdul Qadir al-Jailani ( Wasiat dan Nasehatnya)

Jasadnya memang sudah terkubur lebih dari delapan abad. Namun, nama dan tauladan hidupnya tetap membekas kuat di kalangan umat Islam. Dialah Syekh Abdul Qadir al-Jailani, Ulama sufi kelahiran Persia yang kemasyhurannya setingkat dunia.
Syekh Abdul Qadir terkenal sebagai pribadi yang teguh dalam berprinsip, sang pencari sejati, dan penyuara kebenaran kepada siapapun, dan dengan resiko apapun. Usianya dihabiskan untuk menekuni jalan tasawuf, hingga ia mengalami pengalaman spiritual dahsyat yang mempengaruhi keseluruhan hidupnya. Jejak Syekh Abdul Qadir juga dijumpai dalam belasan karya orisinalnya.
Selain mewarisi banyak karya tulisan, Syekh Abdul Qadir meninggalkan beberapa buah nasehat menjelang kewafatannya. Akhir hayat di Syekh didahului dengan kondisi kesehatannya yang terus menurun. Kala itu putra-putranya menghampiri dan mengajukan sejumlah pertanyaan.
”Berilah aku wasiat, wahai ayahku. Apa yang harus aku kerjakan sepeninggal ayah nanti?” tanya putra sulungnya, Abdul Wahab.
”Engkau harus senantiasa bertaqwa kepada Allah. Jangan takut kepada siapapun, kecuali Allah. Setiap kebutuhan mintalah kepada-Nya. Jangan berpegang selain kepada tali-Nya. Carilah segalanya dari Allah,” jawab sang ayah.
”Aku diumpamakan seperti batang yang tanpa kulit,” sambung Syekh Abdul Qadir. ”Menjauhlah kalian dari sisiku sebab yang bersamamu itu hanyalah tubuh lahiriah saja, sementara selain kalian, aku bersama dengan batinku.”
Putra lainnya, Abdul Azis, bertanya tentang keadaannya. ”Jangan bertanya tentang apa pun dan siapa pun kepadaku. Aku sedang kembali dalam ilmu Allah,” sahut Syekh Abdul Qadir.
Ketika ditanya Abdul Jabar, putranya yang lain, ”Apakah yang dapat ayahanda rasakan dari tubuh ayahanda?” Syekh Abdul Qadir menjawab, ”Seluruh anggota tubuhku terasa sakit kecuali hatiku. Bagaimana ia dapat sakit, sedang ia benar-benar bersama dengan Allah.”
”Mintalah tolong Kepada Tuhan yang tiada tuhan yang wajib disembah kecuali Dia. Dialah Dzat yang hidup, tidak akan mati, tidak pernah takut karena kehilangannya.” Kematian pun segera menghampiri Syekh Abdul Qadir. 

Syekh Abdul Qadir menghembuskan nafas terakhir di Baghdad, Sabtu ba’da Maghrib, 9 Rabi’ul Akhir  561 H atau 15 Januari 1166 M, pada usia 89 tahun. Dunia berduka atas kepulangannya, tapi generasi penerusnya hingga sekarang tetap setia melanjutkan ajaran dan perjuangannya.

Oleh : Saifurroyya
Sumber : www.nu.or.id
Read More..

Atas Nama Keadilan…

.
0 komentar
Dalam pilpres kali ini, saya sangat prihatin dengan merebaknya isu-isu negatif yang menyerang kedua pasang capres-cawapres kita. Di satu sisi ada yang difitnah sebagai orang non-Islam dengan menyebarkan tabloid “Obor Rakyat“ di berbagai masjid dan pondok pesantren. Dipandang dalam kacamata hukum Islam (fikih), hal itu merupakan sesuatu yang sangat diharamkan. Karena masjid dan pesantren merupakan tempat suci yang harus steril (bersih) dari hal-hal yang bersifat duniawi, lebih-lebih ajang politik yang berbau hujatan dan fitnah. Di sisi lain ada yang mengungkap kembali aib-aib masa lalu yang pada hakikatnya belum terselesaikan dengan baik di mata hukum negara.
Semua itu, apabila kita merasa sebagai warga negara Indonesia yang baik, tentu akan bisa memilah dan memilih siapa yang pantas memimpin negeri yang tercinta ini. Indonesia adalah negeri yang beradab, namun mengapa sekarang ini adab dan moral yang dimiliki penduduknya seakan luntur dimakan zaman?. Ada apa dengan Indonesia?
Kini, kita dihadapkan pada pilihan sulit dan penuh intrik. Bulan suci akan datang, namun sebagian masyarakat Islam Indonesia masih sibuk dengan kampanye negatif dengan hujatan maupun fitnah, dengan ucapan maupun tulisan.
Kalau kita mau melihat masa lalu, akan tergambar jelas ketika salah satu capres pernah tersandung kasus HAM yang sampai sekarang belum ada kejelasannya.  Dan juga ada, salah satu cawapres yang anaknya pernah menabrak (membunuh) 2 orang. Namun, kedua kasus itu sampai sekarang belum jelas dan belum terselesaikan dengan baik di mata hukum. Apakah ini sebuah aib masa lalu ataukah sebuah keadilan yang harus ditegakkan. Semuanya akan dikembalikan pada masyarakat Indonesia.
Yang pasti, di pilpres kali ini masyarakat harus tetap berfikiran positif pada kedua pasang capres-cawapres kita. Agar masyarakat bisa tenang, tentram, dan merasa nyaman dalam menyambut dan melaksanakan ibadah di bulan suci Ramadhan yang selalu kita tunggu kehadirannya ini. Pilihlah sesuai hati nurani kita, agar kita tahu, seberapa bersih hati kita dalam memilih pemimpin yang bersih dan bijaksana.

Wallahu Alamu bi Muradih...

al-Faqier ila Rahmati Rabbih
Saifurroyya
13-06-14, Kaliwungu Kota Santri  

Read More..

Pengentasan Kemiskinan Ala KH Dimyati Rois Kaliwungu

. Sabtu, 23 Agustus 2014
0 komentar

KH. Dimyati Rois dan Gus Dur

Mustasyar PBNU KH. Dimyati Rois, sekaligus pengasuh pesantren Al-Fadhlu wal Fadhilah Kampung Jagalan, Desa Kutoharjo, Kaliwungu, Kendal, merupakan sosok ulama sekaligus pengusaha yang mengajarkan para santri dan penduduk sekitar tidak hanya materi-materi keagamaan. Ia membekali para santri dengan ketrampilan yang berguna ketika sudah keluar dari pesantren. Para penduduk juga diajarkan bagaimana menjalankan usahanya dengan lebih baik. Atas usahanya tersebut, ia menjadi salah seorang tokoh berpengaruh di lingkungan sekitarnya.

Berikut wawancara Mukafi Niam (kontributor NU Online) dengan Kiai kharismatik tersebut disela-sela rapat pleno PBNU di kompleks UNSIQ Wonosobo, beberapa waktu lalu tentang bagaimana metode pengentasan kemiskinan ala pesantren.

Bagaimana pola pengembangan ekonomi berbasis pesantren?

Saya ini pengusaha pertambakan, tapi masih menggunakan pendekatan konvensional atau alamiah, belum sampai pada memakai model yang canggih dan intensif, tapi sensitif, kalau mati, ya mati semuanya. Saya memelihara bandeng dan udang, alhamdulillah berhasil.

Sampai berapa hektar yang dikelola? 

Kurang lebih ada 15 hektar

Melibatkan santri atau ada tenaga kerja khusus?

Ada anak santri yang tidak nyangu (membawa bekal) dari rumah yang bekerja. Jadi yang mengelola (nggarap) pertanian santri, pertambakan juga santri,  semuanya dikerjakan setelah pelajaran madrasah. Jadi makan semuanya dari sini, madrasahnya juga tidak membayar, semuanya gratis.

Ada berapa banyak santri yang dilibatkan?

Tidak pasti, ada anak yang ditempatkan di dapur, di pertanian atau di tambak.

Sekaligus melatih mereka berusaha?

Ya, saya dalam membangun gedung juga tidak memakai tukang. Maka anak santri yang keluaran (alumni) dari situ (al-fadlu wal fadhilah), kadang pulang ke rumah ada yang jadi tukang sambil mengajar masyarakat. Jadi karena yang mengerjakan anak santri, biayanya tidak terlalu berat.

Kalau ada tamu yang datang, saya tunjukkan, gedung-gedung pesantren sampai berlantai tiga yang membangun santri, banyak yang heran. Ada sejumlah alumni santri yang bekerja di kontraktor-kontraktor besar di Jakarta, lama-lama mereka ahli dan membantu ketika kami membutuhkan keahliannya.

Kalau untuk upaya pengentasan kemiskinan bagaimana?

Upaya pengentasan kemiskinan tentu dilakukan sesuai dengan cara dan kapasitas yang kami miliki.

Satu contoh, pernah ada orang yang kurang mampu, ia datang ke tempat saya dan bilang: 

“Kiai, bagaimana saya, disamping ekonomi lemah, anak saya banyak dan tidak memiliki harta benda.” 

Terus saya tanya, “sampean punya duit berapa.” 

Orang tersebut menjawab “10 ribu.”

“Gini saja coba, belikan ayam. Waktu itu ayam 500 rupiah.”

Akhirnya datang ke saya membawa 20 ayam.

Ayam itu dibawa ke rumah saya, terus saya bilangin, bukan dibawa ke saya, tapi dibawa ke rumah sampean.

“Ayam ini sampean sembelih sendiri, dengan tangan sampean sendiri bersama istri.”

“Lalu, bagaimana selanjutnya,” tanya orang tersebut.

Saya bilang, “nanti jam 12 malam, saudara datang ke saya, nanti saya bisiki.”

Jam 3 malam mereka selesai memotong ayam, setelah itu, datang lagi, “gimana kiai.”

“Ini dipotongi yang baik,”

Pekerjaan tersebut dilakukan sampai subuh. Jam tujuh kemudian datang lagi, “Lalu untuk apa.”

Saya bilang, “ini ada timbangan, saya pinjami dulu, coba dijual ke pasar, kira-kira dapat berapa.”

Akhirnya jam 11 siang sudah pulang, dapat uang 16 ribu. “Kira-kira 3 ribu cukup untuk makan nggak.”

“Cukup.”

“Itu yang 13 ribu dibelikan ayam lagi.”

Atas usahanya tersebut, akhirnya, alhamdulillah, saat ini setiap hari, orang tersebut bisa menghabiskan ayam dua kwintal, ini kan juga upaya pengentasan kemiskinan.

Ada contoh lain, orang datang dan bilang, “kiai saya punya warung makan, tapi habisnya paling-paling tiga kilo sate dengan gule, bagaimana supaya warungnya bisa berkembang dengan baik.”

Nah, waktu itu saya akan ke Brebes, “Mau ikut nggak.” tanya saya  

Dia lalu ikut, saya ajak ke warung yang jual sate dan gule paling enak, setelah makan gule dan sate, saya tanya.

“Gule dan sate Anda dengan ini, lebih enak mana. Kira-kira saudara ngerti nggak. Kalau enak disini, gimana menirunya.”

“Asal sesuai dengan selera Anda, kan biasanya ramai.”

Sekarang jualan satenya Alhamdulillah, berhasil. Ini juga pengentasan kemiskinan.

Saya juga menanam semangka, saya beritahu masyarakat bagaimana caranya, dapatnya berapa. Para petani akhirnya banyak yang meniru.

Saya juga belum sampai yang seperti industri, biayanya kan besar. Ini upaya pengentasan kemiskinan sesuai dengan kondisi masing-masing, pada prinsipnya bisa.

Di Kaliwungu, saya juga mengawali penanaman brambang (bawang merah), sekarang sudah banyak yang mengikuti.

Masyarakat pedesaan harus dikasih tahu dulu?

Ya memang betul itu, malah kadang bukan hanya masalah penanamannya, kadang rabuknya (pupuknya) juga berganti-ganti, sesuai dengan kondisi dan tanah masing-masing.

Kok bisa dapat inspirasi menanam semangka atau brambang?

Saya kan petani, keluarga saya petani. Sebelum di Kaliwungu saya tinggal di Brebes. Cuma, yang namanya pengobatan atau pupuk, harus sesuai dengan tanahnya masing-masing. Di Kaliwungu berbeda dengan Brebes. Di Kaliwungu, lebih ngirit (hemat) pengobatannya. Tapi pada prinsipnya, pesantren harus terlibat dalam pengentasan kemiskinan, tidak hanya mengajarkan materi keagamaan saja.

Saya juga ajarkan istighotsah, mengajarkan masyarakat berdzikir. Sekarang banyak musibah, di Amerika ada tornado, Jepang ada tsunami, di Indonesia ada Lapindo, yang sekarang sulit diatasi, ada gempa. Dan untuk mengatasi ini, saya kira teknologi dan ilmiah saja tidak cukup. Dalam satu hadist ada yang mengatakan, tidak ada persoalan yang bisa mengatasi marahnya Allah, kecuali doa. Maka dari itu, saya berdoa dan bedzikir kepada Allah, moga-moga tidak ada tsunami dan gempa, atau masalah lain.



Saifurroyya

Sumber : www.nu.or.id
Read More..

Mengenang 4 Tahun Wafatnya Gus Dur Mengikis Perbedaan Demi Kemaslahatan

.
0 komentar

Gus Dur, adalah sosok pemimpin umat dan guru bangsa yang zuhud (sederhana), tegas sekaligus kontroversial. Beliau adalah figur pemimpin yang pantas untuk diteladani, dicontoh dan diteruskan ide-ide cemerlangnya. Dengan model kepemimpinan beliau yang humanis, moderat dan berani membuka sekat-sekat dalam masyarakat. Beliau banyak dikagumi dan dikangeni oleh hampir seluruh lapisan masyarakat, terutama kaum minoritas yang tertindas.
Dari beberapa karakter beliau yang menonjol, ada yang membuat saya tergerak untuk sedikit berbagi kisah tentang gaya hidup dan sepak terjang beliau.
Pertama,kesederhanaan (kezuhudan) Gus Dur; selama bertahun-tahun kedekatan Gus Mus dengan beliau, Gus Mus mengakui bahwa Gus Dur tidak pernah punya dompet untuk menyimpan uang, bahkan kartu-kartu semacam ATM pun, beliau tidak punya. Beliau hidup sangat apa adanya, tidak pernah menggantungkan sesuatu pada hal-hal yang bersifat keduniawian. Bahkan pada suatu hari, saat beliau berada di suatu tempat kepengin makan bakso, karena tidak membawa uang beliau sampai pinjam ke anaknya, yaitu Ning Alysa Wahid. Namun, dengan kesederhanaan itulah beliau dapat menikmati hidupnya dan memimpin umatnya dengan sangat baik tanpa adanya sekat dengan umat serta tidak terpengaruh oleh hal-hal yang berbau duniawi.
Saya teringat kisah Gus Dur dengan Gus Mus, ketika Gus Mus silaturahim ke kediaman beliau, Gus Mus secara tidak sengaja melihat beliau membawa uang yang dimasukkan dalam kantong plastik hitam (red. kresek). Dengan nada bercanda Gus Mus meledek (red. nggasak) beliau, yang didalam kantong plastik apaan Gus? Dengan sedikit senyum, beliau menjawab, ah mau tahu aja kamu. Itulah di antara jiwa kesederhanaan (kezuhudan) beliau.
Ada juga kisah salah seorang teman karib beliau yang merupakan salah satu pendeta agung Katolik di kota Semarang. Sewaktu beliau masih menjabat presiden RI, sudah menjadi kebiasaan beliau saat akan mengadakan kunjungan ke luar negeri disowani (ditamuni) oleh beberapa teman-temannya. Diantara yang sowan tersebut ada seorang pendeta dengan keheranan melihat barang-barang yang akan dibawa presiden hanya dimasukkan dalam kardus-kardus bekas. Setelah melihat hal itu, pendeta tersebut hanya mengungkap keheranan dalam hati, ini benar-benar presiden yang sangat sederhana.    
Kedua, ketegasan (keberanian) Gus Dur;  beliau adalah pemimpin yang tegas dan tanpa pandang bulu dalam mengambil kebijakan dan mengeluarkan statemen yang menurut beliau benar. Pada masa beliau menjabat presiden ada beberapa menteri yang pernah dipecat beliau. Beliau sadar, bahwa pemecatan itu akan menimbulkan dampak negatif bagi masa depan jabatan dan kepemimpinannya. Karena menteri-menteri yang dipecatnya adalah dari parpol yang punya power besar di legislatif (DPR). Namun, bagi beliau apalah arti sebuah jabatan, sebab menurut beliau “Tidak ada jabatan di dunia ini yang perlu dipertahankan mati-matian”. Di luar dugaan, di kemudian hari di antara menteri-menteri yang didepak beliau itu tersandung beberapa kasus korupsi.

Kisah ketegasan beliau yang lain adalah saat beliau mengeluarkan pernyataan bahwa anggota DPR seperti kanak-kanak. Walaupun dikecam oleh sebagian besar anggota dewan, namun beliau tidak mau mencabut pernyataan tersebut. Hal ini menurut beliau, karena banyak anggota dewan yang hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri terutama parpol yang mengusungnya. Padahal menurut beliau, anggota DPR bukanlah wakil partai tapi wakil rakyat Indonesia, jadi, sudah seharusnya anggota dewan memperjuangkan hak-hak rakyat Indonesia secara keseluruhan. Di luar pernyataan beliau pada waktu itu, terkuaklah beberapa tahun kemudian ketika beberapa anggota dewan yang terhormat saling baku hantam (berkelahi) di dalam gedung yang terhormat seperti kebiasaan anak-anak kecil yang kadang terlihat di Taman Kanak-kanak. Itulah sebagian dari ketegasan beliau dalam memimpin bangsa dan umat.
Ketiga, kontroversialnya Gus Dur; banyak orang yang menyebut bahwa beliau adalah seorang pemimpin yang “nyeleneh” atau penuh misteri. Sangking misterinya, sebagian orang tidak percaya akan apa yang terkadang meluncur dari pernyataan dan obrolan-obrolan beliau. Namun, di kemudian hari pernyataan dan omongan tersebut terkuak kebenarannya oleh bukti-bukti yang nyata. Bahkan tidak hanya pernyataan dan omongan beliau saja yang misteri dan kontroversial, perilaku dan jejak langkah beliau pun terkadang sangat berbeda jauh dengan kebiasaan seorang pemimpin atau orang lain pada umumnya. Hal inilah yang menunjukkan bahwa beliau adalah sosok yang nyentrik dan tiada duanya, karena keberanian beliau dalam menyampaikan kebenaran dengan sesuatu yang tidak lazim atau dengan jalan yang tidak biasa. Dalam dunia pesantren, hal ini biasa disebut dengan langkah “khawariqul ‘adat” atau diluar kebiasaan orang pada umumnya. Dan ini hanya bisa dimiliki oleh hamba-hamba Allah yang memang dikehendaki-Nya. Tidak sembarang orang bisa meraih kelebihan tersebut, sebab biasanya hanya dimiliki oleh hamba-Nya yang sholih, ‘alim, zuhud dan wira’i.
Ada beberapa kisah beliau yang terbilang “nyeleneh” atau kontroversial. Diantaranya, beliau sangat terbiasa bergaul dan seolah-olah tidak ada sekat dengan orang-orang non-Islam, padahal menurut kebanyakan orang Islam, hal itu bisa membahayakan aqidahnya dan orang-orang yang mengikutinya. Namun, bagi beliau, dengan cara kita bergaul dengan orang-orang non-Islam itulah, kita bisa menunjukkan pada mereka bahwa Islam adalah agama yang Rahmatan lil ‘Alamin, Islam menyayangi dan menghormati semua makhluk-Nya, bahkan kepada binatang pun Islam disuruh menyayanginya, apalagi kepada sesama manusia. Menurut beliau, Islam tidak hanya mengajarkan Ukhuwah Islamiyah (hubungan antar sesama orang Islam) saja, tapi juga mengajarkan Ukhuwah Basyariyah (hubungan antar sesama manusia).

Dari sebagian kecil kisah-kisah Gus Dur itulah, kita hanya bisa mengenang, merenungkan dan berusaha melanjutkan ide, gagasan dan jejak langkah beliau yang kita sanggup melakukannya saja. Karena apabila kita mau meniru seluruh cara-cara dakwah beliau, rasanya sangat mustahil untuk merealisasikannya. Yang terpenting, lestarikan dan lanjutkan ide-ide beliau dalam mengobarkan dakwah Islam yang Rahmatan lil ‘Alamin. Islam bukan agama perang, bukan agama radikal, bukan agama pemaksaan, bukan agama saling menghujat, bukan agama saling mengkafirkan, dan bukan agama saling serang. Islam adalah agama yang cinta damai, agama yang saling hormat-menghormati, agama yang saling menghargai perbedaan, agama yang toleran, dan agama yang sayang pada makhluk-makhluk-Nya.

al-Faqier ila Rahmati Rabbih
Saifurroyya
6-12-13, Kaliwungu Kota Santri  
       
Read More..

Ternyata Orang Mati Dapat Melihat Keadaan Orang Yang Masih Hidup

.
0 komentar


Goresan Pendek Kang Alawy Ali
Kemarin saat membuka inbox, salah satu sahabat bertanya kepadaku, "Kenapa sih kalau menjelang ramadhan orang-orang banyak yang ke pemakaman? Ngapain?"
Aku jawab pendek, "Kirim doa".
Mungkin bisa jadi terlintas pertanyaan lanjutan di hati sahabat kita tadi, "emangnya nyampe kiriman doa kita ke orang mati? Emangnya dia tahu apa kalau kita kunjungi?"
Dalam salah satu kitab (buku) yang membahas hal ini, buku berjudul "Ar-Ruh", penulisnya, Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah membeber banyak dalil bahwa orang yang telah meninggal dunia tahu jika diziarahi dan menjawab salam jika disalami. Sebuah hadits dari Nabi menjelaskan: "Jika seseorang berziarah kepada makam saudaranya, dan duduk dekat pusara saudaranya itu, maka saudaranya yang telah meninggal itu akan merasa tenang dan menjawab salamnya, sampai orang tadi berdiri pergi meninggalkan pemakaman".
Bahkan di halaman-halaman berikutnya Ibnu Qoyyim menjelaskan banyak pendapat sekaligus dalil bahwa perbuatan dan tindakan orang-orang yang masih hidup disiarkan secara live kepada kerabatnya yang telah meninggal dunia; jika mereka melihat amal keluarganya itu bagus, mereka akan gembira dan bahagia.
Hmm, oke, sekarang? Apakah ruh-ruh orang yang telah meninggal itu juga saling bertemu dan berkunjung?
Ibnu Qoyyim mengklasifikasikan ruh menjadi dua:
- Ruh yang disiksa
- Ruh yang bergelimang nikmat
Ruh-ruh yang disiksa, tersibukkan oleh siksaan yang dialaminya sehingga tidak sempat saling bertemu atau berkunjung. Sedangkan ruh yang mendapat nikmat, dalam keadaan bebas tidak ditahan sehingga bisa ke mana saja untuk saling berkunjung, bahkan memperbincangkan masa lalu mereka saat hidup di dunia.
Lalu, apakah ruh-ruh orang yang meninggal bisa bertemu dengan yang masih hidup?
Kata Ibnu Qoyyim, bisa, melalui mediasi dunia mimpi saat orang yang masih hidup sedang tidur, saling bicara, ngobrol tentang apa saja, bahkan tentang yang terjadi di dunia, dan cerita soal ini sangat banyak sekali kita dengar. Salah satunya terjadi di zaman Nabi, dialami oleh sahabat-sahabat beliau.
Diceritakan, dua sahabat Nabi yang saling berteman karib, Auf bin Malik dan Shab bin Jutsamah, keduanya membuat kesepakatan, jika salah satu dari keduanya meninggal duluan, maka jika bisa, yang meninggal harus datang di mimpi yang masih hidup.
Beberapa waktu kemudian Shab meninggal, dan dia datang ke mimpi Auf, Auf pun melihatnya di mimpi dan keduanya mulai berbincang.
"Apa yang kau alami di sana?" Tanya Auf.
"Diampuni dosa-dosaku, alhamdulillah," jawab Shab. Hanya saja Auf melihat bercak hitam di leher Shab.
"Apa ini?" Tanya Auf.
"Oh, ini sebab hutangku pada seorang yahudi, 10 Dinar, belum aku bayar, tolong bayarkan, uangnya ada di kotak di rumahku, tempatnya di sudut." Kata Shab.
"Auf, aku beri tahu kamu, semua kabar keluargaku sepeninggalku, seluruhnya sampai padaku, bahkan kucing kami yang barusan mati beberapa hari lalu," lanjut Shab menutup pertemuan itu.
Setelah itu Auf terbangun dengan penuh ketakjuban, dan segera bergegas ke rumah sahabatnya untuk membuktikan apakah mimpi itu benar. Sesampai di rumah sang sahabat, ternyata apa yang dikatakan di mimpi tadi benar. Uang 10 Dinar juga ditemukan di sebuah kotak di sudut rumah, dan oleh Auf diambil untuk dibayarkan pada Yahudi tadi.
Namun Auf bertanya pada Yahudi tadi apa benar Shab berhutang padanya 10 Dinar dan belum sempat dibayar? Yahudi tadi membenarkan jika Shab berhutang padanya.
Setelah itu Auf kembali ke rumah Shab, dan bertanya pada Istri Shab, apakah terjadi sesuatu di rumah ini? Istri Shab menjawab, tidak terjadi apa-apa, kecuali kucing yang mati beberapa hari lalu.
Percaya atau tidak, kembali ke teman-teman. Dan aku pribadi juga punya cerita senada. Usai kakekku meninggal, sekitar beberapa bulan kemudian beliau datang ke mimpi Babaku, memberitahukan bahwa engsel pintu kamar mandi rusak, disuruh segera memperbaiki agar pintu tidak lepas menimpa cucu-cucunya.
Ketika bangun, baba masih menganggap itu mimpi biasa, dan baba ke kamar mandi seperti biasa, dan saat membuka pintu, ternyata engselnya terlepas beneran. Setelah itu pintu tadi segera dibenahi babaku.
Oke, sekarang, apa mungkin menghadiahkan pahala amal ke orang yang telah meninggal?
Kenapa tidak? Haji atas nama orang meninggal (Haji Badal) saja bisa, yang artinya pahalanya tentu buat orang tadi. Begitupula amal yang lain semisal shalat, puasa, umroh, bacaan quran, sedekah, dan doa, semuanya bisa denga niat melakukan amal-amal itu untuk dihadiahkan pada ruh orang yang telah meninggal, dan pahala itu sampai kepada mereka atas izin Allah sebagai sebuah parcel yang sangat berharga. Tentang ini dijelaskan juga secara rinci dan panjang lebar dengan dalil-dalil shahih oleh Ibnu Qoyyim di kitabnya tadi, "Ar-Ruh".
Soal ruh memang penuh misteri, hanya sedikit pengetahuan kita tentang inti seluruh makhluk hidup itu. Sebagian tentang ruh dari sisi lain pernah juga aku ungkap di salah satu bukuku, "Bengkel Jiwa" (Hasfa Publisher, Agustus 2011).

(Yas-alunaka anir ruh, qul-ir ruh min amri Robbi, wa maa utitum minal ilmi illa qolila) Mereka bertanya kepadamu tentang ruh, katakan bahwa ruh adalah urusan Tuhanku, dan kalian tidak diberi pengetahuan tentangnya kecuali sedikit saja.

Saifurroyya
Sumber : alawyaly.blogspot.com

Read More..